Sarasehan “Internasionalisasi NU ala KH. Said Aqil Siraj”

Suksesnya penyelenggaraan Muktamar NU di Makasar beberapa waktu yang lalu membawa kabar baik bagi warga Nahdliyyin Libya. Meskipun hanya mengutus dua wakilnya untuk menghadiri Muktamar tersebut, namun suasana seru acara juga tercipta di lingkungan Nahdliyyin Libya. Jauh sebelum pelaksanaan Muktamar di Makasar, PCINU Libya sudah menyelenggarakan jejak pendapat untuk memilih siapa yang berhak memikul amanat kaum Nahdliyyin.

Comfort Zone dan Ilmu Instan


Kamis malam, saya bersama beberapa kawan serius mengkaji Ilmu Falaq (Astronomi). Kajian yang sudah berlangsung kira2 5 kali ini sungguh menggelitik pikiran saya. Kajian ini ibarat refresing otak saya yang terkadang bosan dengan tuntutan menghapal materi-materi kuliah yang ada. Memang, jurusan Sastra Arab yang saya ambil cenderung mengajak untuk mengasah pikiran daripada banyak menghapal, namun tetap saja bebrapa di antaranya masih menuntut hapalan murni.

Idiot dengan 3 idiots


Film India berjudul “3 Idiots” ini benar-benar menyihir saya. Yang menjadikannya terasa "kuat" bagi saya barangkali karena setting ceritanya yang "Libya" banget. Lebih persisnya "Kuliah Da'wah" banget,,,hehehe. Ditambah lagi dengan humor cerdas nan kocak, satu hal yang menjadi kualifikasi saya dalam memilih film berkualitas.
Bakalan panjang kalau zig-zag film ini saya bredel disini, lebih lengkapnya tonton sendiri ya...!!! 
Nah,sebenarnya tidak hanya cerita filmnya saja yang menarik, music+tariannya juga “untuk sementara” sering saya putar ulang. memang seh, music India barangkali untuk sebagian orang  terasa risih dan jadul untuk didengarkan. Tersesar lah,,yang penting "become whatever your heart says" 
download lagunya di sini 

Berikut juga saya cantumkan liriknya bagi anda yang senang bersenandung dan terbenam dengan tarian khas hindustan,,,(huhuhu itung2 nambah posting)

NU Muda vs Sindrom Kekalahan

Dalam konteks Indonesia, Organisasi kemasyarakatan (Ormas)  pada umumnya menempati peran strategis. Kondisi ini tercipta karena kultur bangsa Indonesia yang ikut melestarikan ormas-ormas apapun menjadi subur. Gemar berkumpul dan membentuk komunitas, cenderung suka hal yang relatif baru plus iklim demokrasi yang diadopsi bangsa Indonesia ikut memupuk eksistensi dari ormas-ornas tersebut.  Satu persatu ormas muncul ke permukaan termasuk yang berlatar belakang agama Islam.
Nahdlatul Ulama (NU) adalah satu di antara sekian banyak ormas yang lestari di Indonesia. Ikut menjadi saksi maju-mundurnya bangsa Indonesia. NU adalah organisasi kemasyarakatan  bercorak sosial-keagamaan yang mempunyai basis massa yang relatif besar dan bahkan sangat besar apabila masyarakat yang ber-NU secara kultural (bukan struktural) dimasukkan sensus penghitungan.

Dwifungsi Komik



Ketertarikan manusia akan sastra berlangsung dari masa ke masa. Sastra sebagai ekspresi kehidupan tidak akan pernah punah. Sastra sebagai salah satu kebutuhan umat manusia akan terus berkembang dengan berbagai model dan bentuknya. Termasuk kategori sastra yang populer di masa modern ini adalah komik. Kegandrungan masyarakat terhadap komik, khususnya anak-anak menggambarkan bagaimana jenis sastra yang satu ini seakan mampu mengobati dahaga imajinasi pembacanya.

Menghindari Bentuk Islam yang Membosankan


Salah seorang pemilik channel hiburan Astro Oasis, Izelan Basar, pernah melontarkan hal yang menarik: "Program agama ibarat cokelat yang asalnya dari choco dan rasanya semua sama. Yang membedakan adalah bahan tambahan seperti kacang atau kismis dan cara pembungkusannya…". Dalam kesempatan yang sama dia menambahkan ‘’Ajaran Islam tidak berubah, tetapi penyampaian serta persembahan ilmu itu yang membedakannya". Demikianlah pendapat Izelan Basar ketika diwawancarai seputar suksesnya program acara keagaamaan di channel yang ia punya. Nampaknya Izelan menyadari akan pentingnya dakwah Islam dan berusaha berpartisipasi aktif sesuai dengan keahliannya dalam majal ini.



Pemahaman Kontekstual di Mata Islam Tradisional


NU adalah sebuah organisasi sosial keagamaan yang dari awal tidak malu-malu mengusung Islam yang beratributkan tradisi lokal. Karenanya tidak heran jika NU lebih sering menampakkan Islam khas lokal yang oleh KH Abdurrahman Wahid diberikan label " Pribumisasi Islam". Islam khas lokal inilah yang sering disalahartikan oleh sebagian masyarakat karena dinilai telah menjauhkan Islam dari kemurniannya. Namun perbedaan persepsi semacam itu merupakan hal yang wajar-wajar saja selama tidak mengarah pada sikap konfrontatif antara kedua belah pihak.

Seorang kawan pernah bertanya kepada penulis : pantaskah kita berbangga dengan NU kita? Sebagai warga NU penulispun tak ragu untuk menjawab dengan jawaban yang positif. Namun, jawaban spontan dari penulis tadi nampaknya belum cukup memuaskan sang penanya. Penulis tentu butuh argumen yang tepat alias jitu sehingga minimal bisa memberi titik awal kepada penanya agar lebih mantap dalam memperdalam NU berikut kekayaan tradisinya, karena kekayaan tradisi NU telah menempatkan jam'iyyah ini tidak pernah kering untuk ditulis dan dikaji. Sudah begitu banyak makalah-makalah maupun seminar-seminar diselenggarakan sebagai upaya untuk memetakan pola pikir makhluk bernama " Nahdlotul Ulama" agar kaum nahdliyyin yang jumlahnya fantastis itu tidak kebingungan dalam memahami jami'yyah ini.