Sarasehan “Internasionalisasi NU ala KH. Said Aqil Siraj”

Suksesnya penyelenggaraan Muktamar NU di Makasar beberapa waktu yang lalu membawa kabar baik bagi warga Nahdliyyin Libya. Meskipun hanya mengutus dua wakilnya untuk menghadiri Muktamar tersebut, namun suasana seru acara juga tercipta di lingkungan Nahdliyyin Libya. Jauh sebelum pelaksanaan Muktamar di Makasar, PCINU Libya sudah menyelenggarakan jejak pendapat untuk memilih siapa yang berhak memikul amanat kaum Nahdliyyin.
Memang sempat terjadi silang pendapat di kalangan nahdliyyin Libya seputar hal tersebut, namun akhirnya terselesaikan dengan mengambil suara mayoritas. Nama yang terpilihpun dititipkan kepada dua wakil PCI di muktamar.
PCI yang sedari awal antusias menyambut muktamar ini, ikut pula memanfaatkan momentum suksesnya penyelenggaraan muktamar tersebut dengan cara mengadakan sarasehan dan tasyakuran pada Rabu,31 Maret 2010. Sarasehan kali ini diisi dengan dialog ringan seputar prospek jamiyyah NU di bawah kepemimpinan KH Said Aqil Siroj.Secara khusus dialog ini menitiberatkan kepada langkah internasionalisasi NU. Dialog kali ini diawali pemaparan singkat dari narasumber Ust.Sofwan Yahya Lc. Narasumber sebelumnya sempat mengikuti acara pertemuan antar PCI seluruh dunia yang diselenggarakan di Bogor. Pemaparan singkat selama 15 menit tersebut membahas secara umum prioritas program pak Kyai yang selama ini sudah terekam oleh media. Dialog sendiri berjalan renyah dengan banyaknya masukan, pendapat, maupun pertanyaan setelah pemaparan selesai. Beberapa pembahasan semacam isu Internasionalisasi NU, pandangan pak Kyai yang anti politik praktis, persoalan pengkaderan, reinterpretasi aswaja, khittah, hingga pemanfaatn potensi massa menjadi bahan perbincangan sore itu.
Dialog semakin seru ketika salah seorang penanya menyinggung kecondongan narasumber terhadap tokoh-tokoh liberal. Menurutnya setiap kali generasi muda disinggung, setiap kali pula nama macam Ulil Abshar, Zuhairi Misrawi, Abdul Muqsith, dsb, disebut. Seolah-olah ada kesan bahwa kelompok muda NU hanya didominasi oleh tokoh-tokoh liberal. Lebih dari itu bahkan penanya juga menuduh moderator (dalam hal ini saya sendiri) yang mempunyai niatan khusus dalam mengarahkan diskusi ini ke arah pembahasan liberalisme. Baik narasumber maupun moderatorpun mulai meluruskan hal tersebut, dan nampaknya sang penanya cukup puas dengan penjelasan yang disampaikan. Apapun itu, yang jelas dialog tersebut berjalan dalam koridor ilmiah meskipun dengan hasil yang tidak harus disepakati.
Acara sarasehanpun dilanjutkan dengan makan bakso bersama sebagai bentuk tasyakuran atas suksesnya penyelenggaraan Muktamar kali ini. Bravo NU!!!

2 Response to "Sarasehan “Internasionalisasi NU ala KH. Said Aqil Siraj”"

  1. Kamal says:
    17 April 2010 pukul 16.06

    Terus terang yang dimaksudkan sebagai penanya oleh mas Risal Bul Bul adalah saya dan saya belum puas dengan penjelasan mas Risal karena dalam menjelaskan apa yang dianggap beliau sebagai tuduhan itu belum tuntas adanya bahkan saya sendiri masih mengklasifikasikan argumen beliau sebagai gerakan penggiringan keliberalan dan ini tidak disangkal oleh sang pemateri sendiri yang pada waktu itu diperankan oleh mas Sopwan Yamout.

    Ala kulli hal, saya suka gaya mas Risal. Jangan khawatir mas!!! Orang islam liberal juga manusia hehe.

    Mau liberal ya sialakan tetapi jangan menyeret PCI NU Libya menjadi PCI Liberal...!!!

    Terima Kasih
    KAMAL

  2. Author says:
    22 April 2010 pukul 08.06

    lho???gimana seh mas,,,
    kan saya hanya moderator,,,ga ada misi apapun,,,

Posting Komentar